Selasa, 02 Agustus 2011

1120 Santri...

Istighotsah Bersama 1120 Santri Warga Binaan Lapas Kota Tangerang

SOURCE: 
 IRVAN SURYANINGRA
Kamis 28 Juli 2011, sebanyak 1.120 orang memadati halaman utama LP Klas IIA Pemuda Tangerang. Mereka adalah para santri warga binaan yang datang dari seluruh Lembaga Pemasyarakatan (LP) di Kota Tangerang. Mereka berkumpul demi satu tujuan, memuliakan nama Allah SWT dengan mengadakan Istighotsah dan Dzikir Akbar Asmaul Husna. Kegiatan itu diprakarsai oleh LP Klas IIA Pemuda Tangerang bekerjasama dengan FKA ESQ Korda Kota Tangerang.

Hadir dalam acara tersebut Direktur Bina Narapidana dan Pelayanan Tahanan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dan Kementrian Hukum dan HAM Republik Indonesia Rachmat Sutardjo, Kepala Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Republik Indonesia Propinsi Banten Imam Santoso, Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kementrian Hukum dan HAM Propinsi Banten Windarso.
Hadir pula Kepala LP Klas IIA Pemuda Tangerang P. Kunto Wiryanto, Kepala LP Klas IA Pemuda Tangerang Supriyadi, Kepala LP Klas IIA Anak Pria Tangerang Priyadi, Kepala LP Klas IIA Wanita Tangerang Etty Nurbaiti, Kepala LP Klas IIB Anak Wanita Tangerang Gusti Ayu Putu Suwardhani, Kepala Kepolisian Resort Metro Kota Tangerang Kombes Pol Tavib Yulianto, dan Ketua Umum FKA ESQ Kota Tangerang Boyke Budiman Sumantri, beserta segenap pengurus dan alumni ESQ.
Acara diawali dengan penampilan team marawis santri WBP dan dilanjutkan dengan pembacaan Kalam Ilahi oleh Ustadz Achmad Sarup. Tampil dalam acara tersebut yaitu KH. Abu Hanifah yang memberikan tausiyah dan sekaligus dukungan semangat bagi para santri.
Tampil pula Imam Masjid Al ‘Adhom KH. Encep Zarkasih yang memandu Istighosah. Sementara untuk pelaksanaan Dzikir Akbar dipandu langsung oleh Koordinator Bidang Pembinaan Lapas dan Rutan FKA ESQ Korda Kota Tangerang, Irvan Suryaningrat.
Kepala LP Klas IIA Pemuda Tangerang, P. Kunto Wiryanto, dalam sambutannya mengharapkan agar para santri dan seluruh warga binaan dapat semakin menyadari dan meyakini bahwa apapun yang dilakukan takkan pernah luput dari pengawasan Tuhan Yang Maha Menyaksikan. Karenanya para santri diharapkan untuk lebih mempersiapkan bekal, bukan sekedar untuk kelak kembali di masyarakat, namun juga untuk saat pertemuan dengan-Nya.
Direktur Bina Narapidana dan Pelayanan Tahanan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dan Kementrian Hukum dan HAM Republik Indonesia, Rachmat Sutardjo, usai memberikan sambutan langsung meresmikan dan menandatangani prasasti Kampoeng Santri LP Klas IIA Pemuda Tangerang yang disaksikan oleh para pejabat terkait.
Sementara dalam tausiyahnya, KH Abu Hanifah memberi semangat kepada para santri dengan menegaskan kembali sebuah hadits dari Rasulullah saw tentang janji Allah SWT bagi hamba-hamba-Nya yang dapat menghafal dan mengamalkan Asmaul Husna.
Suasana penuh khusyuk sangat terlihat saat KH. Encep Zarkasih memimpin istighotsah, dan suasana semakin bertambah khidmat ketika rangkaian Asmaul Husna mulai terdengar dari seluruh santri WBP beserta seluruh undangan yang hadir. Isak tangis dan air mata mulai mengalir membasahi wajah-wajah yang merundukkan kepala karena berserah diri pada kehendakNya ketika Irvan Suryaningrat membacakan serangkaian doa dan dilanjutkan dengan renungan singkat:
“Sungguh terasa pedih di dalam hati mereka, ketika akhirnya mereka harus menjadi penghuni Lapas ini, menyandang sebuah sebutan yang tiada pernah mereka duga. Sebuah sebutan yang hingga kini masih terlihat hina dalam pandangan masyarakat, sebutan warga binaan.”
“Meskipun mereka adalah warga binaan yang menghuni Lapas, namun mereka semua juga adalah makhluk ciptaan Tuhan. Mereka memang sedang menebus kesalahan yang pernah terukir di masa lalu, namun bukan berarti keberadaan mereka untuk ditakuti, dihina atau bahkan dikucilkan. Karenanya, kehadiran Kampung Santri di dalam Lapas ini, sesungguhnya adalah sebagai sebuah media bagi mereka untuk belajar membekali diri saat kelak mereka pulang kembali ke masyarakat. Berharap atas segala kebaikan yang akan mereka jalani di Kampung Santri inilah, yang kelak akan menjadi saksi dan sekaligus bukti atas pengabdian yang terindah bagi mereka di hadapan Allah.”
“Karena mereka hadir di sini juga untuk berbagi tentang arti indahnya kebersamaan dan sentuhan hati. Karena mereka juga ingin mengumpulkan sebongkah bekal amal yang terindah, untuk kelak dipersembahkan di hadapan-Nya. Sebelum akhirnya kematian itu kelak memisahkan kebersamaan ini.”
“Sungguh, mereka tak ingin kehilangan Allah untuk yang kesekian kali. Karena mereka berharap dan sekaligus meyakini, bahwa akan ada sesuatu yang indah menanti. Sebuah jawaban yang pasti, sebagai balasan atas kebaikan yang teriring keikhlasan dan kesabaran, di dalam menjalani hari-harinya di balik kamar yang berhiaskan pintu dan jeruji besi.”
“Dan meskipun kebersamaan ini terasa singkat, namun sungguh kebersamaan ini sangat berarti bagi mereka. Karenanya kami memohon keikhlasan doanya, semoga Allah senantiasa meniupkan kesabaran dan keikhlasan ke dalam hati mereka. Dan semoga kiranya Allah berkenan menuntun dan melindungi mereka untuk senantiasa berada di jalan yang diridhaiNya. Karena sebagian besar di antara mereka memang masih harus menjalani sisa-sisa harinya di dalam Lapas. Semoga kebersamaan di hari yang indah ini, kelak akan menjadi di antara kenangan yang terindah dan takkan pernah terlupakan.”
“Karena sungguh mereka sadar, bahwa mereka takkan pernah dapat membalas kebaikan yang telah Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu berikan. Namun izinkan mereka menghaturkan terima kasih yang tak terhingga teriring doa, semoga Allah melimpahkan kasih sayangNya kepada Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu, bahkan melebihi dari yang mereka pinta seiring butiran air mata yang menemani indahnya kebersamaan ini. Dan seiring menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, mohon kiranya mereka maafkan kami lahir dan batin.” (irvan/ts/sa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar