Senin, 17 Januari 2011

Sehat Jiwa dan Ragaku dalam Islam...

Islam menetapkan tujuan pokok  kehadirannya  untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta, dan keturunan.
Setidaknya  tiga  dari  yang  disebut di atas berkaitan dengan kesehatan. Tidak heran jika ditemukan bahwa  Islam  amat  kaya dengan tuntunan kesehatan.
Paling   tidak   ada  dua  istilah  literatur  keagamaan  yang digunakan untuk menunjuk tentang  pentingnya  kesehatan  dalam pandangan Islam.
  Kesehatan, yang terambil dari kata sehat dan Afiat.
Keduanya  dalam  bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat afiat. Dalam Bahasa Indonesia, kata  "afiat"dipersamakan  dengan  "sehat". Afiat diartikan sehat dan kuat,
sedangkan  sehat  (sendiri)  antara  lain  diartikan   sebagai keadaan  baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit).
Tentu pengertian  kebahasaan  ini berbeda dengan pengertian dalam tinjauan ilmu kesehatan, yang memperkenalkan istilah-istilah  kesehatan  fisik, kesehatan mental, dan kesehatan masyarakat.
Walaupun  Islam  mengenal  hal-hal  tersebut, namun sejak dini perlu digarisbawahi satu hal pokok berkaitan dengan kesehatan, yaitu melalui pengertian yang dikandung oleh kata afiat.
Istilah  sehat  dan  afiat masing-masing digunakan untuk makna yang berbeda, kendati diakuitidak jarang hanya disebut  salah satunya (secara  berdiri  sendiri), karena masing-masing kata tersebut dapat mewakili makna yang dikandung  oleh  kata  yang tidak disebut.
Pakar bahasa  Al-Quran  dapat  memahami  dari  ungkapan  sehat wal-afiat  bahwa  kata sehat berbeda dengan kata afiat, karena wa yang berarti "dan" adalah kata  penghubung  yang  sekaligus menunjukkan  adanya  perbedaan  antara  yang  disebut  pertama (sehat) dan yang disebut kedua (afiat). Nah, atas  dasar  itu,dipahami adanya perbedaan makna di antara keduanya.
Dalam  literatur keagamaan, bahkan dalam hadis-hadis Nabi Saw.ditemukan sekian banyak doa, yang mengandung permohonan afiat,di samping permohonan memperoleh sehat.
Dalam kamus bahasa Arab, kata afiat diartikan sebagai perlindungan Allah untuk hamba-Nyadari segala  macam  bencana dan tipu daya. Perlindungan itu tentunya tidak dapat diperoleh secara  sempurna  kecuali  bagi   mereka   yang   mengindahkan petunjuk - petunjuk -Nya. Maka kata afiat dapat diartikan sebagai berfungsinya  anggota  tubuh  manusia  sesuai  denga tujuan penciptaannya.
Kalau  sehat  diartikan  sebagai  keadaan  baik  bagi  segenap anggota badan, maka agaknya dapat dikatakan  bahwa  mata  yang sehat  adalah  mata  yang  dapat  melihat maupun membaca tanpa menggunakan kacamata. Tetapi,  mata  yang  afiat  adalah  yang dapat  melihat  dan  membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek-objek yang terlarang,  karena itulah fungsi yang diharapkan dari penciptaan mata.
KESEHATAN FISIK
Telah  disinggung  bahwa dalam tinjauan ilmu kesehatan dikenal berbagai jenis kesehatan, yang diakui  pula  oleh  pakar-pakar Islam.
Majelis  Ulama  Indonesia  (MUI),  misalnya, dalam Musyawarah Nasional Ulama tahun 1983merumuskan   kesehatan   sebagai " ketahanan  jasmaniah",  ruhaniah,  dan  sosial  yang  dimiliki manusia, sebagai karunia Allah  yang  wajib disyukuri dengan mengamalkan(tuntunan-Nya), dan   memelihara    serta mengembangkannya."
Memang banyak sekali tuntunan agama yang merujuk kepada ketiga jenis kesehatan itu.
Dalam  konteks  kesehatan fisik, misalnya ditemukan sabda Nabi
Muhammad Saw.:
   Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu.
Demikian Nabi Saw. menegur beberapa sahabatnya yang  bermaksud melampaui  batas beribadah, sehingga kebutuhan jasmaniahnya terabaikan dan kesehatannya terganggu.
Pembicaraan literatur keagamaan tentang  kesehatan fisik, dimulai dengan meletakkan prinsip,
     Pencegahan lebih baik daripada pengobatan.
Karena itu dalam konteks  kesehatan  ditemukan  sekian  banyak petunjuk  Kitab  Suci  dan  Sunah Nabi Saw. yang pada dasarnya mengarah pada upaya pencegahan.
Salah satu sifat manusia  yang  secara  tegas  dicintai  Allah adalah  orang yang menjaga kebersihan. Kebersihan digandengkan dengan taubat dalam surat Al-Baqarah (2): 222:
     Sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat,
     dan senang kepada orang yang membersihkan diri.
Tobat  menghasilkan  kesehatan  mental,  sedangkan  kebersihan lahiriah menghasilkan kesehatan fisik.
Wahyu  kedua  (atau  ketiga)  yang diterima Nabi Muhammad Saw, adalah:
     Dan bersihkan pakaianmu dan tinggalkan segala macam
     kekotoran (QS Al-Muddatstsir [74]: 4-5).
Perintah tersebut  berbarengan  dengan  perintah  menyampaikan ajaran agama dan membesarkan nama Allah Swt.
Terdapat  hadis  yang  amat  populer  tentang  kebersihan yang berbunyi:
     Kebersihan adalah bagian dari iman.
Hadis ini dinilai oleh sebagian ulama  sebagai  hadis  dha'if. Kendati   begitu,  terdapat  sekian  banyak  hadis  lain  yang mendukung makna tersebut, seperti sabda Nabi Saw.:
  Iman, terdiri dan tujuh puluh sekian cabang, puncaknya
adalah keyakinan bahwa "Tiada Tuhan selain Allah, dan
  yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dan jalan"
(HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Perintah  menutup  hidangan,  mencuci  tangan  sebelum  makan, bersikat  gigi,  larangan bernafas sambil minum, tidak kencing atau buang air di tempat yang tidak  mengalir  atau  di  bawah pohon,   adalah   contoh-contoh  praktis  dari  sekian  banyak tuntunan Islam dalam konteks menjaga kesehatan. Bahkan sebelum dunia  mengenal karantina, Nabi Muhammad Saw. telah menetapkan dalam salah satu sabdanya,
     Apabila kalian mendengar adanya wabah di suatu daerah,
     janganlah mengunjungi daerah itu, tetapi apabila kalian
     berada di daerah itu, janganlah meninggalkannya.
 
(Sumber.Dr.M.Quraish Shihab )
Semoga bermanfaat... Salam 165.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar